RECTOVERSO, secara verbatim berancas pada konsep dua sisi dalam satu helaian, di mana recto (sisi depan) dan verso (sisi belakang) saling bersinggungan dan berkelindan dalam keterhubungan yang tak tersukat. Dalam ranah buku atau pencetakan, rectoverso menjadi laku seni, di mana cetakan pada kedua belahan halaman itu bertaut, menciptakan kesejajaran yang harmonis dan menyiratkan kesatuan dalam keterpisahan.
RECTOVERSO, secara verbatim berancas pada konsep dua sisi dalam satu helaian, di mana recto (sisi depan) dan verso (sisi belakang) saling bersinggungan dan berkelindan dalam keterhubungan yang tak tersukat. Dalam ranah buku atau pencetakan, rectoverso menjadi laku seni, di mana cetakan pada kedua belahan halaman itu bertaut, menciptakan kesejajaran yang harmonis dan menyiratkan kesatuan dalam keterpisahan.
Dalam khazanah kodifikasi buku langgam Indo-Eropa, di mana tulisan dibaca dari kiri ke kanan, recto menempati halaman kiri dan verso di kanan. Sementara itu, dalam langgam Semit, di mana tulisan dibaca dari kanan ke kiri, recto bersemayam di sisi kanan, dan verso di kiri. Karakter ini menjelmakan bahwa rectoverso bukan hanya sekadar arah baca, melainkan juga cermin dari keragaman cara pandang yang kaya. Halaman-halaman ini dapat dibaca dari kanan ke kiri atau dari kiri ke kanan, serupa dengan jangka kala avontur hayat kita, di mana ada saatnya kita harus membaca ke belakang, memetik bestari dari apa yang telah kita lewati.
Rectoverso menjadi refleksi mendalam atas kehidupan dalam satu tahun terakhir, menghadirkan karya-karya seni yang menggali dua sisi eksistensi halaman: terang dan gelap, harapan dan kenyataan, aspirasi dan keterbatasan. Melalui berbagai medium dan narasi, para seniman mengundang penonton untuk melihat hidup sebagai serangkaian dialektika yang saling melengkapi. Dalam “Beyond Expectation” karya Pande Wardina, simbol-simbol seperti tangerine neon dan mikroprosesor mencerminkan ketidakpastian hidup yang penuh dinamika, sementara di series “In Others Perspective” oleh Begok Oner melalui karya “7° 46′ 16.48″ S 110° 26′ 35.69″ membuka jendela ke sudut pandang alternatif melalui distorsi cermin. Pun demikian dengan karya-karya seniman lain yang menjadi halaman-halaman terbaik dalam kehidupan mereka. Cerita personal masa kecil dan refleksi sosial seperti yang ditampilkan dalam karya tentang kenangan koin seratus rupiah membawa dimensi nostalgia yang kontras dengan kritik sosial terhadap kapitalisasi alam. Semua karya dalam pameran ini menggambarkan kehidupan sebagai halaman-halaman rectoverso—saling terkait, saling bertentangan, namun menyatu dalam harmoni yang kompleks.